Membangun “Nilai Cinta” Pasangan Sejati
*Membangun “Nilai Cinta” Pasangan Sejati*
__Kontemplasi Catatan Dakwah Untuk Remaja Millenial
Dipetik dan diramu, dalam sudut-sudut ruangan Pondok Pesantren Jombang
Bersama Sekawanan Mahasantri Ma’had Aly ’22.__
Oleh: Khairul Kirom Hanafi
“Saya sering mencari kehbatan seorang laki-laki dan perempuan, ketemunya dua. Pertama, kehebatan seorang ibu, seorang ibu hebat ketika mampu menasihati, mendoakan, melakukan kebaikan untuk anaknya. Kedua, kehebatan seorang istri, yang tampak ketika ia selalu mampu mendukung dan memotivasi suaminya untuk selalu menjadi pejuang yang baik”.
“Adapun seorang lelaki, mereka kuat, lebih kuat dari wanita. Maka menjadilah engkau dengen kekuatan itu wahai anak laki-lakiku khalifah Allah di dalam keluarga, yang قوا أنفسكم وأهليكم نارا, menjadi kuat untuk diri sendiri, memimpin keluarga dan masyarakat, yang mampu bertanggungjawab”.
“Mampu beranggungjawab artinya adalah mampu menanggung dan memikul akibatnya. Serta sadar bahwa yang dilakukan sesuai dengan yang ditargetkan. Dan itu adalah nilai tanggungjawab yang dibangun atas dasar kesadaran individu dalam menjalankan tugasnya. Itulah nilai, nilai adalah sseuatu yang berharga”.
“Dari sini, lelaki memiliki kodrat menjadi kepala keluarga, sementara wanita yang menjadi istrinya menjadi navigator, nahkoda yang juga harus mengetahui jalan yang akan dilalui oleh suami”.
***
Begitulah kira-kira point awal yang disampaikan oleh Dr. KH. Ahmad Hidyatullah Zarkasyi, Lc, MA. saat mengisi “Diklat Pesantren” di depan kami. Cara beliau menyajikan point ini mampu mengantarkan kita pada suasana yang hening penuh penghayatan. Penyampaian beliau sangat renyah, serasa bahasa nasihat tulus yang disampaikan oleh seorang “ayah luar biasa” saat memotivasi anak kandungnya.
Senang, melihat wibawa dan karisma beliau.
Bagi saya, saat ini beliau sedang merangsang dan menggiring sikologis remaja yang sedang duduk di depan beliau, yang terdiri dari sekitar 35 putra dan 36 putri, dengan bahasa yang lembut dan penuh makna.
Dan di ruangan ini, saya duduk bersama para mahasiswa Ma’had Aly Tebuireng Jombang semester 7 dengan jumlah tertera. Di ruangan ini, saya bersama mereka, kami sama-sama menyimak keterangan beliau yang bertema “nilai-nilai tanggungjawab” yang pembahasannya mengkerucut dan berpusat pada keterangan tanggungjawab seorang lelaki dan perempuan, baik dalam keluarga atau pun dalam masyarakat.
Sampai beliau mensugesti:
***
“Nak, menjadilah laki-laki dan perempuan yang Allah inginkan, وليس الذكر كالأنثى, laki-laki yang benar-benar lelaki”.
“Nak, jangan sampai menjadi lelaki yang ke-perempuan-perempuan.
Saling lah menjadi partner, ada yang berjuang dari dalam juga ada yang berjuang dari luar”.
Rajutlah keluarga yang terpimpin oleh lelaki pemilik tanggung-jawab sebagaimana asas Allah mengutus Rasulnya dalam urusan memakmurkan bumi كما أرسلنا فيكم رسولا يتلوا عليكم آياتنا ويزكيكم ويعلمكم الحكمة ويعلمكم مالم تكونوا تعلمون
***
Saya pun mengernyitkan dahi selama kira-kira lima detik, berfikir sambil menyimak keterangnan yang beliau sampaikan.
Dan kemudian, beberapa langkah berikutnya, beliau ayunkan kaki menuju ke arah depan peserta wanita, kemudian sambil menoleh ke arah peserta laki-laki beliau membisikkan kata-kata “anak-anakku yang putra tidak usah mendengarkan ya”, ledeknya mengundang humor dalam penyampaian materi itu. Lalu beliau konsen menyampaikan satu point dengan menarik perhatian peserta dalam ruangan ini.
***
“Anak-anakku” sapa beliau pada deretan mahasiswi itu sambal menasihati:
“Laki-laki itu rahasianya adalah karena mereka egois. Maka laki-laki itu betul-betul tidak ada yang setia. Kalua mereka dikasih kepercayaan, mereka tidak mungkin seperti kita-kita ini. Yakinlah nak, kalua mereka itu sudah berkeluarga, mereka ada satu istri, ingin 2, 3, 4 dan seterusnya, dan seandainya Rasulullah tidak membatasi, maka mereka akan terus mengikuti egoisnya.
Maka hati-hati lah nak, karena laki-laki itu tahu kelemahan wanita ada pada telinganya. Mereka biasanya merayu dengan kata-kata, yang dibisikkan pada telinga kalian, kemudian menaklukkan kalian”.
Dan kelak ketika ada seorang laki-laki yang menjadi pasanganmu, saat itu engkau akan sadar bahwa, laki-laki itu pemalas, kamu akan merasakan, yang bangun pagi itu ibu, yang menyiapkan ini, yang melakukan itu adalah ibu. Yang menyiapkan popok, yang memandikan anak, itu ibu, itu adalah seorang wanita.
***
Semua peserta terkesima menyimak keterangannya. Suasana menjadi hening, tenang dan semuanya tenggelam dalam penghayatan atas point dari keterangan yang beliau sampaikan.
***
Tapi laki-laki akan takluk pada kesolihan seorang Wanita.
Maka menjadilah Wanita shalihah yang lelaki yang hebat. Karena وراء كل وجل عظيم إمرأة صالحة, mari rubahlah kalimat ini menjadi وراء رجل عظيم نحن. Agar atas sebab kalian suami kalian menjadi lelaki yang mampu memimpin diri sendiri, keluarga, masyarakat. sementara itu kalian juga menjadi wanita yang menjadi navigator, nahkoda yang juga harus mengetahui jalan yang akan dilalui oleh suami.
Nak, jadilah kamu, yang melahirkan tokoh-tokoh yang menjadi pejuang pada masa depan.
Kalua anakmu perempuan, antarkanlah mereka untuk menjadi istri dari para pejuang. Agar kamu menjadi mertua dari para pejuang, di posisi itu, setidaknya kamu dapat memberikan nasihat dalam perjuangan mereka.
Anakku, seorang ibu akan selalu menjadi penasihat selamanaya. Maka dengan itu, seorang ibu akan menjadi guru selamanya.
***
“Simaklah juga wahai anak-anakku” sapa beliau pada deretan mahasiswa kemudian.
Perempuan itu memilki radar berbeda. Wanita makhuk perasa.
Dan atas itu, seandainya ada laki-laki super dan wanita super, laki-laki kalah, laki-laki akan kalah nak.
Ingatlah selalu nak, wanita memiliki senjata paling ampuh yang mampu menaklukkan laki-laki yang mana saja. Rahasia wanita yang paling dahsyat terdapat di matanya. Kalua ada air mata wanita yang menetes, itu artinya bahaya, siaga tiga.
Tapi nak, dunia tanpa wanita akan sepi, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya wanita membutuhkan kita. Bahkan meskipun mereka adalah sosok yang hebat, mereka masih membutuhkan kita. Mereka, di bawah filingnya, mereka akan merasa hidup dengan damai, ketika kita mampu melindungi mereka dalam kebenaran.
Tebuireng, 19 Mei 2022.
Komentar
Posting Komentar
Jagalah Ketikanmu Dengan Menulis Secara Bijaksana!!