Mendingan Logam Mulia Daripada Batu Merah
Mendingan Logam Mulia Daripada Batu Merah
Suatu pagi dibawah pohon mangga yang rindang terlihat Si Fulan sedang dengan khusyuknya memperhatikan kaca arlojinya yang retak karna semalam jatuh dari meja belajarnya, maklum saja ia menggalaui barang itu lantaran harganya yang fantastis.
Tak ayal, rasa galau yang kian terlihat disudut mata Si Fulan ini menarik empati Si Zaidun yang duduk disampingnya. “Sudahi galau mu lan, mari ngopi bersamu.” Ucap Zaidun. Si Fulan pun mengiayakan ajakan teman karibnya itu. Sembari on the way ke BM, Zaidun berusaha mengingatkan, “ Lan, ingat tak yang disampaikan Gurunda Syakhesh rahmatullah alaih, dalam pengajian kitab Adab al-Ulama Wa al-Muta’allimin seribu tahun yang lalu?” lantas Fulan menggelengkan kepalanya pertanda ia lupa perkataan mana yang ia maksud.
قال يحيى بن معاذ: لو كانت الدنيا تِبرا يفنى والآخرة خَزفا يبقى، لكان ينبغي للعاقل إيثار الخزن الباقي على التبر الفاني، فكيف والدنيا خزن فانٌ والآخرة تبر باق...
Bayangkan lan, coba bayangkan!! Jikalau dunia itu logam mulia yang fana dan akhirat itu sebagai batu merah yang kokoh. Maka, seyogyanya orang pintar lebih condong ke batu yang kokoh daripada logam mulia yang fana. Tapi, bagaimana jika dunia itu diibaratkan sebagai batu merah yang akan hancur -kenyataannya seperti itu- dan akhirat merupakan logam mulia yang tahan, abadi nan kokoh?.
والأخرة خير وأبقى -الأية
Lalu kenapa masih galau jika hal duniawi ini hilang dan pasti akan hilang, Istighfarlah dalam-dalam jika masih ada kegalauan ini dalam dirimu dan bersyukurlah setinggi-tingginya jika mendapatkannya. Ya selayaknya petugas parkir yang memiliki berbagai jenis kendaraan di lahan seluas samudera. Jika, kendaraan terus bertambah maka ia akan lebih awas diri dan jika nantinya berkurang karna diambil oleh yang kuasa maka ia tak menggugat hal itu.
Komentar
Posting Komentar
Jagalah Ketikanmu Dengan Menulis Secara Bijaksana!!