Belajar Ikhlas dan Peduli
Belajar Ikhlas dan Peduli
Kisah Gus Umar Wahid dalam buku ini, menarik sekali disimak. Beliau mengisahkan sosok kakaknya Gus Dur dan Gus Sholah yang telah mengajarkan banyak hal kepada adik-adiknya. Bagi Gus Umar, keduanya merupakan kakak, guru sekaligus teman bermain saat kecil didalam rumahnya.
"Di dalam keluarga KH. Wahid Hasyim, kami bisa berbeda pendapat tajam. Terutama Gus Sholah dengan Gus Dur itu bisa berbeda pendapat tajam sekali, dan itu menjadi polemik. Namun hubungan persaudaraan tetap baik-baik saja. Gus Dur itu sudah saya anggap guru saya, mentor saya. Sementara dari Bu Aisyah saya belajar mengenai tanggung jawab. Pada usia semuda itu dipasrahi tanggung jawab ngurusi adik-adiknya, dan dilaksanakan dengan baik sekali. Itu betul-betul hebat.
Dari Gus Sholah yang saya pelajari adalah kesabarannya. Gus Sholah itu sabar, mungkin di antara kami berenam Gus Sholah yang paling sabar. Paling ngewongke orang. Kemudian tutur katanya lebih lembut dari kami yang berlima, itu kelebihan Gus Sholah. Saya pernah tugas di Cirebon, tiga tahun lebih, di sana saya bertemu dengan para kiai, Kiai Abdullah Abbas Buntet, Kiai Masduqi Babakan Ciwaringin, Kiai Satori Arjawinangun, dan lainnya. Ada yang sempat menjadi santri langsung Hadratusy Syaikh, ada yang jadi teman ayah di pondok, ada yang muridnya ayah. Mereka banyak cerita tentang ayah.
Saya tahu sosok ayah saya dari beliaubeliau ini. Dari sumber primer yang langsung bersentuhan dengan ayah saya. Saya membuat kesimpulan yang kemudian saya konfirmasi kepada sumber-sumber tadi, jadi ada tiga hal yang menonjol pada ayah saya. Pertama, kecerdasan. Yang kedua kesabaran. Mereka bilang, “Persamaan Kiai Wahid dengan Gus Dur itu sama-sama cerdas, bedanya Gus Dur gak sabaran.” Nah, Gus Sholah yang mewarisi kesabaran ini. Gus Sholah tidak akan terpancing marah, dia itu sabar sekali. Yang ketiga disiplin waktu. Saya selama ini dikenal orang kalau ada janji tidak pernah telat datang. Jadi saya mengambil sisanya. Kalau kita lihat Gus Sholah setelah lulus dari ITB, dia bekerja sebagai arsitek, sebagai seorang profesional.
Gus Sholah mendirikan perusahaan biro arsitek namanya PT. Mirazh yang kantornya di Tebet. Jadi dia banyak bikin rumah, termasuk rumah saya di Billy Moon ini yang bikinkan Gus Sholah. Saat saya tugas di Bangka, Gus Sholah yang mengawasi pembangunan rumah saya, juga tinggal di sini beberapa tahun selama saya di daerah. Dan sebagai seorang pengusaha, saya kira Gus Sholah biasa-biasa saja, sebagai profesional juga biasa-biasa saja. Di keluarga Wahid yang tidak tertarik dengan politik itu Gus Sholah dan saya, tapi kemudian Gus Sholah tertarik ke politik, saya tetap tidak. Mungkin karena pergaulannya sebagai seorang arsitek dan pengusaha itu lebih luas dari pergaulan saya sebagai seorang dokter. ....."
"Kalau saya belajar dari Gus Dur dari awal, saya lebih banyak belajar dari Gus Sholah pada akhir-akhir, setelah jadi pengasuh. Sinau-nya mengenai keikhlasan dan kepedulian. " Gus Umar Wahid, Halaman, 504-509.
Komentar
Posting Komentar
Jagalah Ketikanmu Dengan Menulis Secara Bijaksana!!